Kamis, 15 April 2010

Ketipu Cinta hingga Di Perkosa

Arie, pemuda 17 tahun, berkenalan kemudian berkencan dengan Nova, gadis 14 tahun, melalui media maya, Facebook.

Rayu-merayu terjadi, bertemu di suatu tempat yang disepakati, kemudian keduanya kabur. Semacam bulan madu, memadu kasih atau nafsu.

Sampai kemudian dilaporkan, ditangkap, dan diancam dengan hukuman 15 tahun untuk Arie. Tuntutan maksimal yang melebihi usia Nova.

Yang menarik perhatian adalah peranan dunia online yang mempertemukan mereka sebagai penyebab. Ada benarnya, dalam artian ada baiknya pengawasan orang tua kepada anak-anak, atau remaja yang mabuk Facebook.

Dunia yang satu ini memang sedang dipelototi para pemerhati, terutama karena banyak kejadian yang tidak menyenangkan—termasuk jaringan prostitusi meskipun juga diakui banyak manfaat dan kemudahan yang bisa diperoleh.

Agaknya juga, pembiaran dan pembatasan dengan segala akibatnya masih akan diperbedatkan untuk jangka waktu yang lama.

Saya lebih prihatin nasib Arie dan Nova dibandingkan menitikberatkan pada media komunikasi yang selalu bersifat kontradiktif secara serentak: ya negatif, ya positif.

Dan akan selalu begitu. Dua sisi yang selalu muncul bersamaan. Ini agak berbeda dengan nasib Arie yang bisa berakhir agak baik, atau sangat buruk.

Atau juga nasib Nova, yang pilu dan menanggung malu berkepanjangan. Misalnya yang dituntutkan kepada Arie adalah penculikan dan atau perkosaan.

Urusannya menjadi panjaaang, dan penuh dengan aib. Sebab dalam kasus semacam ini selalu dipenuhi rekonstruksi.

Dari yang sederhana: siapa yang mendatangi siapa, atau sama-sama menuju tempat memadu kasih—atau memadu badan.

Siapa yang melepaskan pakaian lebih dulu, sampai, maaf, apakah Nova ikut bergoyang apa tidak, turut menikmati apa tidak. Bahkan sejak pemeriksaan pun, halhal yang bikin malu, atau tabu, akan terungkapkan sampai bagian yang kecil.

Dengan kata lain, kasus perkosaan benar-benar menelanjangi korban atau pelaku sampai menyesakkan dada dan mengganggu nurani. Arie akan mengalami beban ganda manakala ia nantinya ditahan atau menjalani hukuman.

Karena dalam dunia napi, perkosaan adalah “kejahatan yang paling paling jahat” sehingga dia akan dimusuhi atau disakiti.

Saya tidak ingin menuliskan perincian yang lain, yang lebih ngeri. Dengan kalimat lain, ada kemungkinan kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan, seperti yang dituduhkan.

Namun yang jelas, secara keseluruhan, ada beban sangat berat dan panjang yang akan dirasakan oleh, baik keluarga Arie maupun keluarga Nova.

Ini bukan peristiwa yang menyenangkan, dan berlangsung panjang, melainkan sekaligus bisa menjadikan titik-titik permusuhan.

Saling menyalahkan, sekaligus membenarkan diri. Bukan hanya pada keluarga inti, melainkan juga pada kerabat, sanak saudara yang lain. Yang terlupakan adalah Arie-Nova ini. Yang bisa terseret makin jauh dengan perkara ini.

Yang sebenarnya, mungkin saja sebenarnya saling mencinta—apa pun definisinya walaupun dalam kadar keremajaan atau ketidaktahuan.

Paling tidak, pada awalnya keduanya saling tertarik atau pernah saling tertarik. Saya ingin mengedepankan ini sebagai titik tolak pendekatan untuk penyelesaian. Dibandingkan dengan berurusan di pengadilan, jalan kekeluargaan jauh lebih aman, jauh lebih menentramkan.

Tidak menambah korban, tidak menambah luka batin. Penyelesaian secara kekeluargaan adalah jalan keluar, yang bisa bersifat sementara atau selamanya, yang mengisolasi permasalahan agar tidak meluas dan makin membekas.

Penyelesaian secara kekeluargaan menjadi mungkin manakala masing- masing pihak menyadari kesalahan, mengakui bahwa nasi telah menjadi bubur, dan ini adalah bubur yang tidak menyenangkan.

Dan berusaha mengubur masa lalu untuk menatap masa depan. Penyelesaian secara kekeluargaan mensyaratkan adanya kerendahan hati, keberanian menghadapi realitas tanpa memindahkan kesalahan.

Inilah yang akan menjadi penentu, apakah Arie-Nova adalah kisah cinta remaja terburu nafsu, ataukah kisah penculikan perkosaan. Nasib keduanya ditentukan dari titik ini.


*Opini saya dari kisah diatas adalah kita harus bisa membedakan mana "CINTA" dan "NAFSU". karena bila kita salah arah akan menghancurkan diri dan masa depan kita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar