Senin, 12 April 2010

Kontroversi Kongres Lesbian, Gay Homo Seks dan Biseks Asia di Surabaya

WOW!! Kongres Lesbian, Gay Homo Seks dan Biseks Asia Diadakan di Surabaya.. Surabaya – Sikap menolak konferensi regional International Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender dan Intersex Association (ILGA) ke-4 tingkat Asia di Surabaya juga dilakukan MUI Jatim. MUI meminta dengan tegas kepada pemerintah Jatim dan Surabaya agar menolak kegiatan itu.

“Kita dengan tegas menolak. Sebab itu tidak sesuai dengan budaya Indonesia ditambah di dalam hukum Islam jelas haram,” kata Ketua MUI Jatim, Abdus Somad Buchori saat dihubungi detiksurabaya.com, Rabu (24/3/2010).

Buchori mengaku jika pihaknya sudah menyampaikan kepada Polda maupun Mabes Polri agar tidak mengizinkan kegiatan yang akan diselanggarakan pada 26-28 Maret di salah satu hotel di Surabaya. “Saya sudah sampaikan atau berkomunikasi via telepon baik ke Polda maupun Mabes Polri agar tidak diberikan izin,” ungkapnya.

Dia juga meminta kepada panitia penyelenggara agar membaca lagi undang-undang HAM. “Mereka kalau bicara HAM, tolong dibaca yang benar undang-undang tentang HAM serta HAM barat jangan semuanya dibawa ke Indonesia,” tuturnya.

MUI, kata dia, sudah meredam ormas-ormas yang akan melakukan aksi unjuk rasa jika sampai konferensi itu tetap diselenggarakan. Bahkan MUI menanyakan, apakah kompleks pelacuran di Surabaya mau ditambah dengan mendirikan pelacuran kaum lesbian. “Di dolly itu kan sudah menjadi terbesar di Asia Tenggara, apakah mau ditambah lagi dengan komplek pelacuran lesbian,” tandasnya. (ze/wln)

Kediri – Satu persatu organisasi kemasyarakatan dan keagamaan menolak konferensi lesbian, gay dan biseks se-Asia yang akan digelar di Surabaya. Kali ini penolakan berasal dari kalangan pondok pesantren.

Mereka berpendapat munculnya rencana kongres itu sebagai bentuk lemahnya negara dalam memerangi segala sesuatu yang bertentangan dengan hukum agama.

Ini disampaikan pengasuh Pondok Pesantren As’saidiyah di Kelurahan Jamsaren, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, KH Anwar Iskandar. Kiai kharismatik yang akrab disapa Gus War menganggap kegiatan itu tidak semestinya dilaksanakan bila pemerintahan SBY masih menganggap Indonesia sebagai negara yang berketuhanan.

Gus War yang juga menjabat sebagai penasehat PCNU Kota Kediri mengungkapkan, gay dan lesbian adalah penyimpangan perilaku seks yang tidak dibenarkan oleh semua agama.

“Jadi kalau tetap dilaksanakan di Indonesia, aturan tuhan yang mana yang dijadikan dasarnya,” kata Gus War, saat dihubungi detiksurabaya.com melalui telepon, Rabu (24/3/2010).

Gus War mengatakan, bila kegiatan konferensi gay dan lesbian se-Asia tetap dilaksanakan di Surabaya, hal itu bertentangan dengan wacana pemerintah mengharamkan nikah siri, dengan akan memenjarakan pelakunya.

“Ini kan aneh, pernikahan yang secara jelas dibenarkan agama akan dipenjarakan. Tapi gay dan lesbian yang melanggar justru diberikan izin untuk mengadakan konferensi besar-besaran,” tandasnya.

Gus War mengingatkan bahaya besar mengancam. Yakni kemungkinan keberadaan gay dan lesbian yang disahkan berdasarkan hukum pemerintah Indonesia. “Di negara barat mulanya mereka ya bertemu kecil-kecilan. Tapi kalau sudah terkumpul mereka akan bisa memberikan desakan agar keberadaannya dilegalkan,” ungkapnya.

Konferensi kaum gay dan lesbian atau ILGA se-Asia rencananya akan diselenggarakan di Surabaya pada 26-28 Maret di salah satu hotel di Kota Pahlawan. Pasangan gay dan lesbian serta transgender akan bertemu. (wln/wln)

Surabaya – Berbeda dengan sikap MUI, Muhammadiyah serta kalangan pondok pesantren, Komnas HAM justru mendukung digelarnya International lesbian, gay, bisexual, transgender dan intersex association (ILGA) ke-4 tingkat Asia, 26-28 Maret di Surabaya.

Alasannya kongres itu merupakan hak setiap manusia dan sudah sesuai dengan kongres internasional. “Ya harus tetap dilakukan. Karena kelompok marginal yang rentan alami diskriminasi ini harus tetap mendapatkan perlindungan dan hak-haknya,” kata Ketua Komnas HAM, Ifdal Kasim saat dihubungi detiksurabaya.com, Rabu (24/3/2010).

Ifdal mengatakan pemerintah harus mendukung dan memberikan hak-hak yang sama terhadap kaum marginal. Karena mereka juga merupakan bagian warga negara dari bangsa Indonesia. “Negara harus memberikan hak-hak mereka serta melindunginya,” tandasnya.

Ifdal menegaskan, jika kaum marginal juga mempunyai hak-hak berkumpul menggelar seminar atau kongres. Dirinya, kata Ifdal, sudah dihubungi oleh pihak panitia. Namun sifatnya masih informal. “Itukan bagian dari hak yang harus diberikan,” tegasnya.

Konferensi kaum gay dan lesbian atau ILGA se-Asia rencananya akan diselenggarakan di Surabaya pada 26-28 Maret di salah satu hotel di Kota Pahlawan. Pasangan gay dan lesbian serta transgender akan bertemu. (ze/wln)

Surabaya – Menghindari gesekan di masyarakat, Polwiltabes Surabaya menolak memberi izin penyelenggaraan konferensi regional International Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender dan Intersex Association (ILGA) ke-4 tingkat asia di Surabaya. Polisi tidak ingin gangguan keamanan terjadi jika panitia tetap menggelar kegiatan itu.

“Izinnya tidak kita terbitkan dengan alasan keamanan. Karena jika tetap dilakukan banyak pihak yang melakukan protes yang dikhawatirkan bisa membuat keamanan di Surabaya tidak kondusif,” kata Kabag Binamitra Polwiltabes Surabaya, AKBP Sri Rahayu saat dihubungi detiksurabaya.com, Rabu (24/3/2010).

Yayuk sapaan akrabnya menegaskan, jika tetap akan dilaksanakan maka pihaknya akan membubarkan paksa kegiatan tersebut. Yayuk mengungkapkan alasan lain pihaknya tidak menerbitkan izin kegiatan itu karena tidak sesuai dengan adat ketimuran dan kondisi masyarakat.

“Bahkan dari intel sendiri sudah menelpon langsung panitia dan menyatakan alasan-alasan tidak diterbitkannya izin. Meski izin keramaian yang melibatkan orang asing kewenangan dari Mabes Polri,” tandasnya.

Meski begitu pihaknya akan tetap menyiagakan personelnya untuk mengantisipasi aksi masyarakat meski kepolisian sudah tidak memberikan izin kegiatan.

Konferensi kaum gay dan lesbian atau ILGA se-Asia rencananya akan diselenggarakan di Surabaya pada 26-28 Maret di salah satu hotel di Kota Pahlawan. Pasangan gay dan lesbian serta transgender akan bertemu. (ze/wln)

Surabaya – Panitia penyelenggara konferensi regional International lesbian, gay, bisexual, transgender dan intersex association (ILGA) ke-4 tingkat asia di Surabaya tak putus asa, meski acara yang akan digelar 26-28 Maret mendapat tentangan dari banyak pihak.

Panita tetap berusaha melakukan lobi kepada kepolisian agar diberikan izin penyelenggaraan. “Kita sekarang lagi bernegosiasi dengan kepolisian agar bisa diterbitkan izin penyelenggaraan,” kata Raphael Da Costa, ketua GAYa Nusantara
selaku panitia pelaksana ILGA ke-4 tingkat asia saat dihubungi detiksurabaya.com, Rabu (24/3/2010).

Raphael juga mengungkapkan, manuver yang dilakukan pihaknya agar mendapatkan izin penyelenggaraan yakni, dengan menghilangkan beberapa agenda kongres diantaranya pawai budaya.

“Agenda yang tetap kita lakukan adalah seminar kesehatan, kesetaraan hingga hak-hak kaum marginal,” ujarnya.

Bahkan, panitia saat ini sedang melakukan rapat internal untuk untuk membahas lokasi baru tempat kongres, yang semula diadakan di Hotel Mercure Surabaya.

Sementara itu, kata Raphael, sampai saat ini sudah terdaftar 200 peserta kongres yang berasal dari berbagai negara di asia. “Sampai detik ini, ada sekitar 150-200 peserta yang ikut kongres. Mereka selain dari Indonesia banyak juga peserta berasal dari negara-negara Asia maupun Australia,” ungkapnya.

Surabaya – Tidak diterbitkannya izin penyelenggaraan konferensi regional International Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender dan Intersex Association (ILGA) ke-4 tingkat Asia oleh polisi, ditentang Komnas HAM.

Komnas HAM beralasan, polisi tidak mempunyai hak menolak memberikan izin penyelenggaraan. “Tidak benar secara hukum. Polisi tidak bisa tidak memberi izin atas dasar materi yang dibicarakan,” kata Ketua Komnas HAM, Ifdal Kasim, saat dihubungi detiksurabaya.com, Rabu (24/3/2010).

Ifdal mengatakan, polisi tidak mempunyai alasan kuat tanpa memberikan izin meski nantinya akan terjadi gangguan ketertiban lalu lintas dengan adanya aksi demo oleh ormas terkait digelarnya kegiatan tersebut. “Itu tugas kepolisian mengamankan dan antisipasi itu tidak bisa dijadikan dasar,” tandasnya.

Komnas HAM kata dia berencana akan mempertanyakan kepada mabes polri terkait tidak diterbitkannya izin kegiatan kaum marginal. “Kita bukannya membantu mereka mendapatkan izin penyelenggaraan, tapi kita akan pertanyakan,” tegasnya.

Menghindari gesekan di masyarakat, Polwiltabes Surabaya menolak memberi izin penyelenggaraan. Mereka tak ingin keamanan terganggu karena aksi unjuk rasa bakal terjadi.

Konferensi kaum gay dan lesbian atau ILGA se-Asia rencananya akan diselenggarakan di Surabaya pada 26-28 Maret di salah satu hotel di Kota Pahlawan. Puluhan pasangan gay dan lesbian serta transgender akan bertemu. (ze/wln)

Malang – Banyak pihak menolak rencana International Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender dan Intersex Association (ILGA) ke-4 tingkat Asia di Surabaya. Namun menurut Ikatan Waria Malang (IWAMA) kongres itu sebagai wadah menyamakan visi dan misi atau forum diskusi.

Bukan menciptakan suatu hal yang di belakangnya menimbulkan kontroversi di masyarakat. “Jika menimbulkan kontroversi akan buang-buang waktu saja,” kata Ketua IWAMA, Merlin Sopjan kepada detiksurabaya.com, Rabu (24/3/2010).

Sesuatu yang kontroversi, menurut Merlin bisa dengan mengikrarkan perkawinan sejenis. Hal itu akan sangat mendapat pertentangan dengam kultur masyarakat di Indonesia. “Akan sangat berdampak jika mereka meneriakkan hasil kongres yang pastinya ditentang oleh masyarakat,” ujarnya.

Merlin sendiri sangat mendukung diselenggarakan kongres itu karena merupakan dari seorang manusia. Merlin menambahkan, selama ini komunitas gay, waria, bisek, serta transgender tidak memerlukan legalitas untuk menjalani kehidupan selayaknya manusia normal.

Meskipun banyak yang menganggap keberadaan mereka menjadi pemandangan buruk di tengah masyarakat. “Sangat sulit diterima, jika kita meminta legalitas untuk komunitas ini,” ungkapnya.

Meski mendukung Merlin menuturkan, komunitas waria khususnya di Malang kurang berminat mengikuti kongres tersebut. Pasalnya, dalam kongres sangat banyak dihadiri oleh komunitas gay. Meskipun setiap komunitas mereka mendapatkan undangan. “Kami tidak pernah ikut, yang banyak dari komunitas gay. Komunitas gay Malang pernah ikut,” tandasnya.

Konferensi kaum gay dan lesbian atau ILGA se-Asia rencananya akan diselenggarakan di Surabaya pada 26-28 Maret disalah satu hotel di Kota Pahlawan. Puluhan pasangan gay dan lesbian serta transgender akan bertemu.


*Dari berita di atas saya menyatakan TIDAK SETUJU. karena indonesia adalah negara yang berbudaya tinggi yang menjujung norma susila juga norma agama. rasanya tidak pantas bila terdapat komunitas kaum gay/lesbi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar