Minggu, 18 April 2010

Tak Tega Merampas Cinta itu...

Kau tahu apa kata Schopenhauer tentang hidup? "Tak lebih sekedar samudera derita dan air mata." Menyedihkan.

Katamu, rasa sakit itu tengah kau rasa. Namun kau malah menikmatinya. Dia, seseorang yang kau titipi cinta. Seseorang yang segenap hatimu adalah miliknya. Dan sayangnya, kau cuma punya separuh hatinya saja. Karena separuh lagi telah ia serahkan pada orang lain. Kau terpaksa harus berbagi. Dan kau harus rela mencintai dalam sembunyi. Menyakitkan.

Sama halnya dia, kau pun mencintai kota itu. Kota yang pula menyemaikan benih-benih harap di masing-masing jiwa kalian. Berdua menyempatkan waktu, sekedar saling bertatap dan meleburkan rasa yang telah kalian pendam sekian lama. Di satu pojok yang telah kalian sepakati sebelumnya. Denting melantun dari petikan gitar musisi jalanan setempat. Pendar meruyak dari lampu-lampu kristal berbentuk mata malaikat. Denting gitar dan pendar kristal saling berpadu di pojok itu. Membentuk satu dunia. Dunia hanya kalian yang punya. Tak tergugat, tak terganggu. Menghanyutkan.

Hari ini, aku membaca Tolstoy. Tepatnya Anna Karenina. Walau isi buku itu tak seberapa banyak, namun tak sanggup kuhabiskannya. Bukan karena mataku lelah, hatikulah yang jengah. Menelusup jauh ke ruang hati tokoh Levin yang dalam, aku selaksa membayangkan sosok Kitty dalam dirimu. Bagaimana gelisahku menunggu, sampai penantianmu terhadapnya usai? Aku pun serasa menahan derita Karenin saat tahu apa yang dilakukan Anna, istrinya. Dan demi membaca adegan di mana ia lantas memaafkan perselingkuhan istrinya tersebut -- sungguh irama-rumpun-perdu-ku, air mata sontak luruh saat itu. Mengharukan.

Dan sekarang, saat di mana cinta segitiga ini semakin berlarut-larut, aku tambah ragu. Harus kubawa kemana rasa sakitku sendiri? Memelihara cinta itu sama artinya bunuh diri. Aku tak mampu membiarkan kebahagiaan kalian jadi derita untukku. Sedang nuraniku tak mampu memisahkan kalian. Renda-renda kisah yang kalian jalin bersama tak bisa kukoyak begitu saja. Semua terlalu indah bagiku. Dan aku takkan sanggup mempersembahkan cerita cinta serupa yang mampu menandingi ceritamu dengannya. Pun jika kelak aku bukan lagi berdiri sebagai pihak ketiga, rentetan kisah ini akan terus-menerus menggangguku. Ada kenangan tak terhapus, ada jejak tak tergerus. Membingungkan.

Sekali lagi, aku takkan tega merampas cinta itu. Walau kisah cintamu dan dirinya adalah sebuah pengkhianatan bagi orang lain. Orang yang olehnya telah diakui sebagai kekasih. Menggeramkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar