Banyak orangyang tidak tahu bagaimana cara mengelola keuangan dengan benar, karena tidak diajarkan sejak kecil. Kebanyakan orang tua mengaturkan keuangan anaknya, sehingga sang anak tidak perlu tahu mengenai kebutuhan keuangannya. Padahal hampir semua aspek kehidupan berhubungan dengan keuangan.
Bila Anda ingin anak Anda matang secara finansial pada saat dewasa, Anda harus mulai membiarkan anak Anda untuk menangani sendiri masalah keuangannya. Yang perlu Anda lakukan akan mengajarkan dan memandu sang anak, agar terus menerapkan pengelolaan keuangan yang baik. Dalam kesempatan ini akan saya bahas beberapa kebiasaan keuangan yang sebaiknya diajarkan kepada anak Anda.
1. Membuat Anggaran Sederhana (Budgeting)
Budgeting adalah inti dari pengelolaan keuangan. Kebanyakan orang mengalami kesulitan keuangan karena tidak menguasai budgeting. Bagaimana cara mengajarkan budgeting kepada anak?
Kebutuhan anak lebih sederhana bila dibandingkan dengan orang dewasa.Karena itu budgeting yang kita ajarkan juga lebih sederhana, sehingga lebih gampang untuk dicerna oleh anak. Misalkan biasanya anak Anda mendapatkan uang jajan Rp. 10.000,- per hari. Nah, untuk mengajarkan anak Anda budgeting, Anda perlu memberikan uang jajan selama satu periode secara langsung kepada anak Anda. Mulailah dengan periode yang kecil, misalnya mingguan. Satu minggu terdiri dari 7 hari, jadi Anda langsung menyerahkan Rp. 70.000,- kepada anak Anda.
Tentunya anak Anda perlu dipandu dalam pemanfaatan uang jajan tersebut. Apalagi uang jajan yang Anda berikan langsung dalam jumlah besar. Berikan pengertian bahwa uang yang Anda berikan itu adalah untuk satu minggu. Ajarkan cara budgeting sederhana kepada anak Anda, bahwa sang anak harus memberikan jatah belanja sebanyak Rp. 10.000,- per hari. Bila pada hari tersebut sang anak sudah belanja lebih dari Rp. 10.000,-, maka dia harus berhenti berbelanja hingga keesokan harinya.
Anda juga perlu menjelaskan hukuman bila sang Anak menghabiskan uang jajan tersebut sebelum seminggu. Berikan penjelasan bahwa bila uang yang diberikan ternyata habis sebelum seminggu, maka Anda tidak akan memberikan uang tambahan. Akibatnya sang anak dalam minggu tersebut sudah tidak dapat berbelanja. Berikan penekanan bahwa sang anak harus disiplin dalam berbelanja, sehingga uang jajan yang dihabiskan tidak lebih dari Rp. 10.000,- per hari.
2. Kebiasaan Menabung untuk Mendapatkan Sesuatu
Apabila anak Anda meminta Anda untuk membelikan sesuatu yang cukup mahal, lebih baik Anda memberikan penjelasan kepada anak Anda bahwa barang tersebut cukup mahal sehingga sang anak perlu menabung terlebih dahulu sebelum dapat membelinya.
Kebiasaan menabung untuk mendapatkan sesuatu ini sangat baik untuk pendidikan finansial sang anak, sebab pada saat menabung sang anak harus menahan sebagian keinginan untuk berbelanjanya demi tujuan yang lebih besar.
Misalkan saja anak Anda meminta Anda untuk membelikan sebuah sepeda dengan harga Rp 500.000,-. Anda memberikan penjelasan kepada anak Anda bahwa harga Rp. 500.000,- itu cukup mahal, sehingga Anda tidak dapat langsung membeli sepeda tersebut. Lalu Anda dapat mengajarkan anak Anda bahwa bila sang anak bersedia menabungkan uang jajannya sebesar Rp. 50.000,- per bulan, maka sang anak bisa membeli sepeda tersebut dalam waktu 10 bulan.
Mintalah agar anak Anda menghemat uang jajannya demi tujuannya untuk membeli sepeda. Disini peran Anda adalah memberikan pengertian bahwa sang anak harus menahan keinginan berbelanjanya, sehingga berbelanja lebih sedikit dari biasanya agar dapat ditabung dan membeli sepeda.
Setelah sang anak bersusah payah menabung selama 10 bulan, mungkin saja ada beberapa faktor yang menyebabkan sang anak tidak bisa membeli sepeda yang diinginkan. Misalkan harga sepedanya naik, atau sebagian tabungan anak terpotong oleh biaya administrasi bank. Dalam hal ini, lebih baik Anda membantu anak Anda dengan cara menanggung biaya yang tidak berhasil dikumpulkan oleh anak Anda. Anggap saja hal ini adalah hadiah/reward atas kerja keras sang anak dalam menabung selama 10 bulan.
3. Mengenal perbankan
Di jaman sekarang, kehidupan finansial seseorang selalu berkaitan dengan perbankan. Mungkin gaji Anda ditransfer langsung ke rekening bank Anda. Bank juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan uang Anda. Bank juga memiliki beberapa fitur yang dapat Anda manfaatkan seperti pembayaran tagihan bulanan seperti telepon, listrik, air dan lain-lain.
Oleh karena itu, adalah penting untuk memperkenalkan anak ke dunia perbankan. Caranya adalah dengan membuka satu buah rekening khusus untuk anak Anda, dan membiarkan anak Anda melakukan sendiri transaksi keuangannya di bank. Anda perlu mengajarkan anak cara untuk mengisi slip penyimpanan atau pengambilan uang, bagaimana cara mengantri di teller. Yang terpenting adalah bagaimana cara sang anak berkomunikasi dengan teller pada saat ingin menyetor atau mengambil uang.
Mengenai ATM, lebih baik anak Anda tidak diberi kartu ATM hingga matang secara finansial. Sebab keberadaan kartu ATM menyebabkan uang tabungan menjadi sangat gampang untuk diambil, sehingga anak yang masih kurang matang secara finansial cenderung untuk menguras isi tabungannya. Hal ini akan merusak kebiasaan menabung sang anak. Lebih baik ATM diberikan setelah anak Anda lebih matang dalam hal finansial, mungkin setelah duduk di bangku SMP atau SMU.
Sabtu, 17 Desember 2011
Sistem Kebut Semalam (SKS)
Jika kalian mendengar istilah SKS, dan kalian adalah seorang mahasiswa atau mahasiswi pasti yang terpikir adalah sistem kredit semester. Tapi pikiran kalian semua salah, bukan itu yang saya maksud. SKS yang saya maksud adalah sebuah kepanjangan dari sistem dimana kita belajar satu malam suntuk untuk menghadapi ujian keesokan harinya, atau yang lebih sering dikenal dengan istilah “Sistem Kebut Semalam”. Tidak beda jauh ya dengan SKS nya mahasiswa, masih ada kaitannya dengan pembelajaran, kan?
SKS alias Sistem Kebut Semalam ini sering kali menjadi kebiasaan utama para pelajar dari kalangan SD, SMP, SMA, maupun yang sudah dijenjang yang lebih tinggi seperti mahasiswa. Kebiasaan ini biasanya dilakukan oleh para kaum pelajar ataupun mahasiswa tersebut pada saat menghadapi ujian semester. Biasanya hal ini dilakukan oleh siswa yang kurang rajin membaca catatannya kembali dan belajar secara setiap hari secara rutin. Mereka belajar hanya ketika mau ada ujian .
Dengan membahas hal ini, saya pribadi pun juga pernah bahkan sering menggunakan system ini sebelum akhirnya sadar kalau system ini ternyata kurang efektif untuk dilakukan. Dan saya pun telah membuktikannya.
Pernah suatu ketika, tiba-tiba saja materi yang saya pelajari semalaman hilang dari ingatan saya atau bisa disebut dengan istilah "ngeblank". Saya rela tidur hingga malam larut dan mengulang-ulang materi yang akan diujikan dalam waktu semalam. Semua serba tidak efektif, karena pasti ada beberapa materi yang belum sempat dipelajari kembali.
Ketika masuk, duduk dan menerima soal ujian dan membacanya, alangkah terkejutnya diri ini karena tiba-tiba materi yang telah saya hafalkan tadi malam tiba-tiba saja lenyap entah kemana. Saya semakin bingung. Mau meniru teman, batin saya bergolak, karena saya telah berprinsip untuk tidak menodai ujian saya dengan menyontek kerjaan teman, mesti hanya sedikit. Akhirnya alternatif terakhir adalah mengarang indah, demikian teman-temanku sering bilang. Ya, menjawab setiap soal dengan pengetahuan terbatas saya. Beda-beda dikitlah dengan ngawur.
Ketika masuk, duduk dan menerima soal ujian dan membacanya, alangkah terkejutnya diri ini karena tiba-tiba materi yang telah saya hafalkan tadi malam tiba-tiba saja lenyap entah kemana. Saya semakin bingung. Mau meniru teman, batin saya bergolak, karena saya telah berprinsip untuk tidak menodai ujian saya dengan menyontek kerjaan teman, mesti hanya sedikit. Akhirnya alternatif terakhir adalah mengarang indah, demikian teman-temanku sering bilang. Ya, menjawab setiap soal dengan pengetahuan terbatas saya. Beda-beda dikitlah dengan ngawur.
Ya, jika saudara juga pernah mengalami hal yang sama. Ayo bersama-sama kita tinggalkan cara ini. Karena cara ini hanya akan menghambat kita tuk meraih prestasi yang lebih tinggi. Bahkan tertinggi.
Sebuah riset mengatakan,”mempelajari banyak materi dalam waktu semalam bisa jadi kurang efektif-setidaknya jika ingin pengetahuan baru tersebut bisa bertahan lama dalam otak kita”.. sedangkan sistem belajar yang baik adalah dengan mencicil materi jauh-jauh hari sebelum ujian datang. Dan mengulang-ulang materi tersebut dalam selang waktu tertentu.
Sejumlah studi pun telah mengungkapkan bahwa mengatur waktu belajar dalam periode tertentu jauh lebih eferktif ketimbang menumpuk semuanya sekaligus dalam satu sesi belajar.
Kesimpulannya, lebih baik kita mempelajari materi itu jauh-jauh hari sebelum ujian tiba, dengan mempelajari materi sedikit demi sedikit dan mengulanginya secara continue. Dan, tidak kalah penting, jika menemukan materi yang sukar dipahami jangan sungkan tuk menanyakannya pada guru, dosen atau senior kita. Agar kita paham setiap materi yang kita pelajari. Yang terakhir dan paling penting jangan lupa tuk senantiasa berdoa kepada Sang Pemberi Kemudahan, agar kita diberi kemudahan tuk mengerjakan setiap soal dengan baik. Baiklah, selamat mencoba, semoga sukses dalam menempuh ujian semester atau ujian nasional.
UNSUR KALIMAT
Tugas Bahasa Indonesia saya yang ke empat, yaitu mengenai unsur-unsur kalimat serta penjelasan mengenai pola kalimat. Semenjak kita duduk di bangku sekolah dasar tentu kita telah diajarkan mengenai kalimat. Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan pola intonasi akhir. Kalimat itu sendiri dibagi-bagi lagi berdasarkan jenis dan fungsinya. Contohnya seperti kalimat lengkap, kalimat tidak lengkap, kalimat pasif dan kalimat aktif, kalimat perintah, kalimat majemuk, dan lain sebagainya.
Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat itu lebih sering kita dengar dan disingkat SPOK :
- (S) itu, Subjek / Subyek
– (P) itu,Predikat
– (O) itu, Objek / Obyek
– (K) itu,Keterangan
- (S) itu, Subjek / Subyek
– (P) itu,Predikat
– (O) itu, Objek / Obyek
– (K) itu,Keterangan
Berikut ini adalah contoh kalimat yang mengandung unsur SPOK :
ola bermain gitar di sekolah.
S P O K
Selanjutnya saya akan menjabarkan beberapa contoh kalimat berdasarkan jenis dan fungsinya.
- Kalimat Lengkap dan Kalimat Tidak Lengkap
1. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang setidaknya terdiri dari gabungan minimal satu buah subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap.
Kalimat lengkap adalah kalimat yang setidaknya terdiri dari gabungan minimal satu buah subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap.
Contoh :
- Didi (S) membuang (P) sampah(O)
- Sang Raja (S) bernyanyi (P)
- Didi (S) membuang (P) sampah(O)
- Sang Raja (S) bernyanyi (P)
2. Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya memiliki sabyek saja, predikat saja, objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap dapat berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman.
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya memiliki sabyek saja, predikat saja, objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap dapat berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman.
Contoh :
- Dilarang membuang sampah!
- Dilarang membuang sampah!
- Selamatpagi.
- Selamat menikmati!
- Kalimat Aktif dan Kalimat Pasif
1. Kalimat Aktif
Kalimat Aktif adalah kalimat di mana subyeknya melakukan suatu perbuatan atau aktifitas. Kalimat aktif biasanya diawali oleh awalan me- atau ber- dibagi menjadi dua macam :
a. Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang memiliki obyek penderita
- Ibu membeli sayur.
- Dodo menyukai teman sekelasnya.
b. Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak memiliki obyek penderita
- Adik menangis
- Bondan berkelahi
Kalimat Aktif adalah kalimat di mana subyeknya melakukan suatu perbuatan atau aktifitas. Kalimat aktif biasanya diawali oleh awalan me- atau ber- dibagi menjadi dua macam :
a. Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang memiliki obyek penderita
- Ibu membeli sayur.
- Dodo menyukai teman sekelasnya.
b. Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak memiliki obyek penderita
- Adik menangis
- Bondan berkelahi
2. Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subyeknya dikenai suatu perbuatan atau aktifitas. Kalimat pasif biasanya diawali oleh awalan ter- atau di-
- Kue bolu dipotong oleh ibu
- Menteri kehutanan dimintai pertanggung jawaban oleh presiden
Kalimat pasif adalah kalimat yang subyeknya dikenai suatu perbuatan atau aktifitas. Kalimat pasif biasanya diawali oleh awalan ter- atau di-
- Kue bolu dipotong oleh ibu
- Menteri kehutanan dimintai pertanggung jawaban oleh presiden
Mengubah Kalimat Aktif menjadi Kalimat Pasif dan Kalimat Pasif manjadi Kalimat Aktif
Untuk mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif dan juga sebaliknya dapat dilakukan langkah-langkah mudah berikut ini :
1. Mengubah awalan pada Predikat
Yaitu menukar awalan me- atau ber- dengan di- atau ter- dan begitu sebaliknya.
Yaitu menukar awalan me- atau ber- dengan di- atau ter- dan begitu sebaliknya.
2. Menukar Subyek dengan Obyek dan sebaliknya
Menukar kata benda yang tadinya menjadi obyek menjadi subyek dan begitu sebaliknya.
Menukar kata benda yang tadinya menjadi obyek menjadi subyek dan begitu sebaliknya.
Contoh :
Puput menyayikan lagu daerah -> Lagu daerah dinyanyikan oleh Puput.
Puput menyayikan lagu daerah -> Lagu daerah dinyanyikan oleh Puput.
PENGERTIAN KALIMAT
KALIMAT adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan pola intonasi akhir. Kalimat dibagi lagi berdasarkan jenis dan fungsinya yang akan dijelaskan pada bagian lain. Contohnya seperti kalimat lengkap, kalimat tidak lengkap, kalimat pasif, kalimat perintah, kalimat majemuk, dan lain sebagainya.
Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK :
- Subjek / Subyek (S)
- Predikat (P)
- Objek / Obyek (O)
- Keterangan (K)
1. Predikat (P)
Predikat dalam pandangan aliran struktural dianggap unsur yang paling penting dan merupakan inti kalimat. Predikat dalam bahasa Indonesia bisa berwujud kata atau frasa verbal, adjektival, nominal, numeral, dan preposisional.
Beberapa contoh kalimat di bawah ini:
a. Ayah saya guru bahasa Indonesia.
b. Anda guru?
c. Anak kami tiga .
d. Peserta audisi itu puluhan ribu orang.
e. Dia dari Medan
f. Pak Nurdin ke Saudi.
2. Subjek (S)
Disamping predikat, kalimat umumnya mempunyai unsur yang berfungsi sebagai subjek. Dalam pola kalimat bahasa Indonesia, subjek biasanya terletak sebelum predikat, kecuali jenis kalimat inversi. Subjek umumnya berwujud nomina, tetapi pada kalimat-kalimat tertentu, katagori lain bisa juga mengisi kedudukan subjek.
Contoh kalimat seperti ini:
1. Merokok merupakan perbuatan mubazir.
2. Berwudlu atau bertayamum harus dilakukan sebelum sholat.
3. Tiga adalah sebuah angka.
4. Sakit bisa dialami semua orang.
3. Objek (O)
Objek bukan unsur wajib dalam kalimat. Keberadaanya umumnya terletak setelah predikat yang berkatagori verbal transitif. Objek pada kalimat aktif akan berubah menjadi subjek jika kalimatnya dipasifkan. Demikian pula, objek pada kalimat pasif akan menjadi subjek jika kalimatnya dijadikan kalimat aktif. Objek umumnya berkatagori nomina.
Berikut contoh objek dalam kalimat:
a. Dr. Ammar memanggil suster Ane.
b. Adik dibelikan ayah sebuah buku.
c. Kami telah memicarakan hal itu
Suster ane, ayah, sebuah buku, dan hal itu pada tiga kalimat di atas adalah contoh objek. Khusus pada kalimat b. Terdapat dua objek yaitu ayah (objek 1) dan sebuah buku (objek 2)
4. Pelengkap (PEL)
Pelengkap atau komplemen mirip dengan objek. Perbedaan pelengkap dengan objek adalah ketidakmampuannya menjadi subjek jika kalimatnya yang semula aktif dijadikan pasif. Perhatikan kata-kata yang dicetak miring pada kalimat-kalimat di bawah ini. Kata-kata tersebut berfungsi sebagai pelengkap bukan objek.
Contoh:
a. Indonesia berdasarkan Pancasila
b. Ardi ingin selalu berbuat kebaikan
c. Kaki Cecep tersandung batu.
5. Keterangan (K)
Unsur kalimat yang tidak menduduki subjek, predidkat, objek, maupun pelengkap dapat diperkirakan menduduki fungsi keterangan. Berbeda dengan O dan PEL. yang pada kalimat selalu terletak dibelakang P, unsur yang berfungsi sebagai keterangan (K) bisa terletak di depan S atau P.
Contoh:
a. Di perpustakaan kami membaca buku itu.
b. Kami membaca buku itu di perpustakaan.
c. Kami /di perpustakaan/ membaca buku itu.
d. Tono mencabut paku dengan tang.
e. Dengan tang Tono mencabut paku.
f. Tono /dengan tang/ mencabut paku.
Pada enam kalimat di atas, tampak bahwa frasa di perpustakaan dan dengan tang yang berfungsi sebagai keterangan mampu ditempatkan di awal maupun di akhir. Khusus jika ditempatkan antara S dan P, cara membacanya (intonasi) harus diubah sedemikian rupa (terutama jeda) agar pemaknaan kalimat tidak keliru.
Dilihat dari bentuknya, keterangan pada sebuah kalimat bisa dikenali dari adanya penggunaan preposisi dan konjungsi (di, ke, dari, kepada, sehingga, supaya, dan sejenisnya.). Akan tetapi, tidak semua keterangan berciri demikian, ada pula keterangan yang berbentuk kata, seperti pada contoh berikut:
a. Kami telah mengengoknya kemarin.
b. Tiga tahun kami telah bekerja sama dengannya.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat diterima maksudnya/arti serta tujuannya seperti yang di maksud penulis/pembicara.
Ciri-ciri kalimat efektif: (memiliki)
1. KESATUAN GAGASAN
Memiliki subyek,predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling mendukung
serta membentuk kesaruan tunggal.
Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum.
Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung subyek. Unsur di dalam keputusan itu bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan keterangan ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus dihilangkan)
2. KESEJAJARAN
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.
Kalimat itu harus diubah :
1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
3. KEHEMATAN
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga.
Kalimat yang benar adalah:
Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.
4. PENEKANAN
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
• Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang
penting di depan kalimat.
Contoh :
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada
kesempatan lain
2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal
ini.
• Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh :
1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya?
• Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
• Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh :
1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.
5. KELOGISAN
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh :
Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.
PELATIHAN
Ubahlah kalimat-kalimat di bawah ini menjadi kalimat efektif!
1. Seluruh siswa-siswa diharapkan harus mengikuti kerja bakti.
2. Para siswa-siswa diharuskan hadir di sekolah.
3. Dalam musyawarah itu menghasilkan lima ketetapan.
4. Kegagalan proyek itu karena perancangan yang tidak mantap
5. Yaitu tenun ikat yang khas Timor Timur.
Kalimat efektif yang sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya, antara
pikiran pembaca dengan pikiran penulisnya.
Dasar-dasar penguasaan kebahasaan yang mendukung keefektifan kalimat antara
lain : kosa kata yang tepat, kaidah sintaksis, dan penalaran yang logis.
Bandingkan :
• Walaupun ia tidak sekolah namun semangatnya berkobar.
• Ia tidak pernah sekolah namun semangatnya berkobar.
• Walaupun ia tidak pernah sekolah semangatnya berkobar.
• Di Solo menyelenggarakan perayaan sekaten.
• Solo diselenggarakan perayaan sekaten.
• Di Solo diselenggarakan perayaan sekaten.
• Solo menyelenggarakan perayaan sekaten.
Dari contoh-contoh tersebut manakah yang termasuk kalimat efektif ?
Kalimat dikatakan efektif jika memenuhi dua syarat utama, yaitu (1) struktur kalimat efektif dan (2) ciri kalimat efektif. Struktur kalimat efektif mencakup (a) kalimat umum, (b) kalimat paralel, dan (c) kalimat periodik. Sementara itu, ciri kalimat efektif meliputi :
a. Kesatuan (unity)
b. Kehematan (economy)
c. Penekanan (emphasis); dan
d. Kevariasian (variety)
Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK :
- Subjek / Subyek (S)
- Predikat (P)
- Objek / Obyek (O)
- Keterangan (K)
1. Predikat (P)
Predikat dalam pandangan aliran struktural dianggap unsur yang paling penting dan merupakan inti kalimat. Predikat dalam bahasa Indonesia bisa berwujud kata atau frasa verbal, adjektival, nominal, numeral, dan preposisional.
Beberapa contoh kalimat di bawah ini:
a. Ayah saya guru bahasa Indonesia.
b. Anda guru?
c. Anak kami tiga .
d. Peserta audisi itu puluhan ribu orang.
e. Dia dari Medan
f. Pak Nurdin ke Saudi.
2. Subjek (S)
Disamping predikat, kalimat umumnya mempunyai unsur yang berfungsi sebagai subjek. Dalam pola kalimat bahasa Indonesia, subjek biasanya terletak sebelum predikat, kecuali jenis kalimat inversi. Subjek umumnya berwujud nomina, tetapi pada kalimat-kalimat tertentu, katagori lain bisa juga mengisi kedudukan subjek.
Contoh kalimat seperti ini:
1. Merokok merupakan perbuatan mubazir.
2. Berwudlu atau bertayamum harus dilakukan sebelum sholat.
3. Tiga adalah sebuah angka.
4. Sakit bisa dialami semua orang.
3. Objek (O)
Objek bukan unsur wajib dalam kalimat. Keberadaanya umumnya terletak setelah predikat yang berkatagori verbal transitif. Objek pada kalimat aktif akan berubah menjadi subjek jika kalimatnya dipasifkan. Demikian pula, objek pada kalimat pasif akan menjadi subjek jika kalimatnya dijadikan kalimat aktif. Objek umumnya berkatagori nomina.
Berikut contoh objek dalam kalimat:
a. Dr. Ammar memanggil suster Ane.
b. Adik dibelikan ayah sebuah buku.
c. Kami telah memicarakan hal itu
Suster ane, ayah, sebuah buku, dan hal itu pada tiga kalimat di atas adalah contoh objek. Khusus pada kalimat b. Terdapat dua objek yaitu ayah (objek 1) dan sebuah buku (objek 2)
4. Pelengkap (PEL)
Pelengkap atau komplemen mirip dengan objek. Perbedaan pelengkap dengan objek adalah ketidakmampuannya menjadi subjek jika kalimatnya yang semula aktif dijadikan pasif. Perhatikan kata-kata yang dicetak miring pada kalimat-kalimat di bawah ini. Kata-kata tersebut berfungsi sebagai pelengkap bukan objek.
Contoh:
a. Indonesia berdasarkan Pancasila
b. Ardi ingin selalu berbuat kebaikan
c. Kaki Cecep tersandung batu.
5. Keterangan (K)
Unsur kalimat yang tidak menduduki subjek, predidkat, objek, maupun pelengkap dapat diperkirakan menduduki fungsi keterangan. Berbeda dengan O dan PEL. yang pada kalimat selalu terletak dibelakang P, unsur yang berfungsi sebagai keterangan (K) bisa terletak di depan S atau P.
Contoh:
a. Di perpustakaan kami membaca buku itu.
b. Kami membaca buku itu di perpustakaan.
c. Kami /di perpustakaan/ membaca buku itu.
d. Tono mencabut paku dengan tang.
e. Dengan tang Tono mencabut paku.
f. Tono /dengan tang/ mencabut paku.
Pada enam kalimat di atas, tampak bahwa frasa di perpustakaan dan dengan tang yang berfungsi sebagai keterangan mampu ditempatkan di awal maupun di akhir. Khusus jika ditempatkan antara S dan P, cara membacanya (intonasi) harus diubah sedemikian rupa (terutama jeda) agar pemaknaan kalimat tidak keliru.
Dilihat dari bentuknya, keterangan pada sebuah kalimat bisa dikenali dari adanya penggunaan preposisi dan konjungsi (di, ke, dari, kepada, sehingga, supaya, dan sejenisnya.). Akan tetapi, tidak semua keterangan berciri demikian, ada pula keterangan yang berbentuk kata, seperti pada contoh berikut:
a. Kami telah mengengoknya kemarin.
b. Tiga tahun kami telah bekerja sama dengannya.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat diterima maksudnya/arti serta tujuannya seperti yang di maksud penulis/pembicara.
Ciri-ciri kalimat efektif: (memiliki)
1. KESATUAN GAGASAN
Memiliki subyek,predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling mendukung
serta membentuk kesaruan tunggal.
Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum.
Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung subyek. Unsur di dalam keputusan itu bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan keterangan ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus dihilangkan)
2. KESEJAJARAN
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.
Kalimat itu harus diubah :
1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
3. KEHEMATAN
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga.
Kalimat yang benar adalah:
Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.
4. PENEKANAN
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
• Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang
penting di depan kalimat.
Contoh :
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada
kesempatan lain
2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal
ini.
• Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh :
1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya?
• Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
• Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh :
1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.
5. KELOGISAN
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh :
Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.
PELATIHAN
Ubahlah kalimat-kalimat di bawah ini menjadi kalimat efektif!
1. Seluruh siswa-siswa diharapkan harus mengikuti kerja bakti.
2. Para siswa-siswa diharuskan hadir di sekolah.
3. Dalam musyawarah itu menghasilkan lima ketetapan.
4. Kegagalan proyek itu karena perancangan yang tidak mantap
5. Yaitu tenun ikat yang khas Timor Timur.
Kalimat efektif yang sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya, antara
pikiran pembaca dengan pikiran penulisnya.
Dasar-dasar penguasaan kebahasaan yang mendukung keefektifan kalimat antara
lain : kosa kata yang tepat, kaidah sintaksis, dan penalaran yang logis.
Bandingkan :
• Walaupun ia tidak sekolah namun semangatnya berkobar.
• Ia tidak pernah sekolah namun semangatnya berkobar.
• Walaupun ia tidak pernah sekolah semangatnya berkobar.
• Di Solo menyelenggarakan perayaan sekaten.
• Solo diselenggarakan perayaan sekaten.
• Di Solo diselenggarakan perayaan sekaten.
• Solo menyelenggarakan perayaan sekaten.
Dari contoh-contoh tersebut manakah yang termasuk kalimat efektif ?
Kalimat dikatakan efektif jika memenuhi dua syarat utama, yaitu (1) struktur kalimat efektif dan (2) ciri kalimat efektif. Struktur kalimat efektif mencakup (a) kalimat umum, (b) kalimat paralel, dan (c) kalimat periodik. Sementara itu, ciri kalimat efektif meliputi :
a. Kesatuan (unity)
b. Kehematan (economy)
c. Penekanan (emphasis); dan
d. Kevariasian (variety)
Langganan:
Postingan (Atom)